Berbeda dengan Sebelumnya, Festival Qingming di China Tidak Dirayakan dengan Gembira

Moirfranciscomosquera – Festival Qingming atau pembersihan kuburan jatuh pada hari ini, tepatnya pada Sabtu (4/4). Namun, tidak seperti tahun-tahun sebelumnya, orang Tionghoa tidak merayakannya dengan gembira.

 

Tahun ini terlihat berbeda karena pandemi virus corona baru saja berakhir di negara Anda. Alih-alih meninggalkan rumah mereka dan menghadiri pemakaman keluarga, orang-orang di Tiongkok mengadakan peringatan berkabung.

 

Dai Jinfeng, misalnya. Dia adalah salah satu penduduk Wuhan yang dipaksa keluar dari perayaan ritual tahunan festival Qingming. Makelar berusia 40 tahun itu mengatakan dia bahkan tidak berani menghubungi ibunya karena dia tahu festival Qingming sangat penting bagi orang tua.

 

Ibunya yang berusia 67 tahun tinggal sendirian dan terus bertanya apakah dia akan datang untuk ritual pembersihan kuburan tahunan.

 

“Dia terus bertanya apakah saya akan kembali,” isaknya ketika dia mengatakan kepada Reuters. Sedangkan pada tahun-tahun sebelumnya ia pergi ke pemakaman terdekat untuk menghormati leluhurnya.

 

Festival Qingming adalah salah satu hari penting bagi keturunan Tionghoa. Di Indonesia, festival ini dikenal dengan nama Cengbeng. Dalam acara ini, orang-orang keturunan Tionghoa akan mengunjungi makam keluarga dan leluhur mereka bersama-sama.

 

Mereka akan mengganti bunga lama dengan yang baru. Membersihkan kuburan, menyalakan dupa dan membakar uang spiritual. Jangan lupa juga untuk membawa makanan dan sesajen untuk para leluhur.

 

Seperti diberitakan, Qingming Festival 2020 telah diubah menjadi Hari Berkabung Nasional untuk staf medis dan pasien yang telah meninggal karena virus corona. Dewan Negara China di Beijing mengumumkan pada Jumat (4/3) bahwa bendera tersebut akan dikibarkan setengah tiang dalam peringatan tersebut.

 

Pengibaran bendera setengah tiang di China daratan, kedutaan besar China dan konsulat jenderal di beberapa negara. Masyarakat juga akan diajak mengheningkan cipta untuk mengenang ribuan ‘syuhada’ yang gugur berjuang melawan pandemi selama tiga menit pada pukul 10 pagi waktu setempat atau sekitar pukul 9 pagi WIB.

 

Pada saat yang sama, sirene udara akan dinyalakan dengan jet tempur di langit, membunyikan klakson mobil, kereta api, dan kapal. Selain itu, otoritas Beijing juga telah melarang semua kegiatan pembersihan hingga 30 April.

 

Warga yang ingin melakukan ritual dapat menyewa orang yang bertanggung jawab untuk membersihkan kuburan. Beberapa warga bahkan menyewa direktur pemakaman yang menyediakan fasilitas live streaming.

 

Hal ini dilakukan agar mereka bisa melihat langsung saat tim pemakaman sedang membersihkan makam keluarga dan leluhurnya. Beberapa penduduk desa lainnya membakar uang spiritual, yang diyakini untuk mengirim uang atau kekayaan kepada kerabat yang meninggal.

 

Prosesi pembakaran dilakukan di trotoar atau di sekitar kompleks perumahan yang dikelilingi barikade. Sementara itu, bunga segar lainnya seperti krisan, yang dianggap sebagai bunga pemakaman tradisional, mengapung. Bunga-bunga itu ditempatkan di tepi Sungai Yangtze, yang mengalir melalui Wuhan.

 

Festival qingming di Indonesia: https://www.teknogoo.com/keuangan/belanja-ramadhan-festival-qingming-menarik-bagi-pengemudi-yang-datang/

 

Itu dianggap sebagai alternatif untuk bersenang-senang ketika mereka merayakan festival Qingming. Kebijakan ini mungkin merupakan pembatasan paling ketat di Wuhan.

 

Wuhan adalah titik awal penyebaran virus corona yang kini melanda dunia. Pada Jumat (04/03) ada sekitar 50.000 kasus positif virus corona, 2.567 di antaranya meninggal.

 

Pembatalan upacara pemakaman di festival Qingming dilakukan karena diyakini sebagai peluang penyebaran virus corona. Namun, tradisi ini akan sulit dipisahkan dari masyarakat Tionghoa.

 

“Bahkan jika ada wabah, ini adalah tradisi Tiongkok, kami tidak dapat menghilangkannya,” kata salah satu pria yang tidak disebutkan namanya. Dia membakar empat tumpukan uang hantu di sebelah istrinya.

 

Salah satu tumpukan uang hantu yang dibakarnya didedikasikan untuk mengenang seorang dokter berusia 29 tahun bernama Xia Sisi. Xia Sisi meninggal pada Februari setelah merawat pasien COVID-19 di Wuhan.

 

Padahal, pria dan wanita ini tidak ada hubungannya dengan dokter. Namun, mereka merayakannya karena mereka memiliki nama belakang yang sama.